Selasa, 15 Desember 2020

8 Bulan yang Menakjubkan

 


Zifayra... 8 bulan memilikimu namun akan selalu terkenang sepanjang hidupku.. 

                           

Dear Zifayra.. Namamu kan terukir indah di hati bunda. Selamanya... 

Menceritakan kembali tentang Zifayra, bayi kecil mungil yang belum sempat saya memeluk nya, belum sempat saya menciumnya, namun begitu terasa menyakitkan sekedar menceritakan nya. 

Zifayra, nama yang cantik yang sudah kami siapkan untuknya, bukan untuk di sandang di dadanya, namun harus tersandang di batu nisannya. 

Kehamilan 8 bulan yang menakjubkan, kenapa menakjubkan? Karena ini adalah kehamilan yang saya nantikan, tak hanya saya, namun suami dan 2 jagoan saya yang sudah beranjak ABG. Hamil di usia kepala 3 memang rasanya berbeda dengan saat kehamilan 2 jagoan di usia 20 tahunan, semua terasa berbeda, ya kondisi fisik maupun mental. Namun karena bahagianya dua jagoan yang menginginkan adik perempuan, membuat saya semangat menjalani kehamilan ini. Trimester pertama saya lalui dengan cukup berat, beda dengan kehamilan saya sebelumnya, kalau hamil dulu kata orang saya 'ngebo' yang artinya loss dol aja. Nah, kalau hamil ke-3 ini barulah merasakan mual, muntah seperti yang di rasakan teman-teman saya yang pernah cerita. Dulu, dengar cerita teman cuma bisa tertawa karena belum pernah mengalaminya, namun begitu sekarang tau rasanya, berasa berdosa dulu pernah ngetawain. Mual muntah di pagi hari jadi agenda rutin hamil ke-3 ini. Biasanya hamil kudunya BB naik, ini sebulan hamil BB malah turun 2kg. Sempat sedih, tapi kata dokter masih batas normal, yang penting ada asupan gizi dari makanan yang masuk. Minum susu hamil alhamdulillah doyan, jadilah itu asupan nutrisi yang saya harapkan bisa memenuhi gizi si bayi di perut. 



Masuk trimester ke-3 Alhamdulillah mual sudah mulai berkurang, asal tidak mencium aroma bakso, nasi padang, makanan yang sebelum hamil adalah makanan favorit saya, saat seperti ini makanan yang harus di jauhkan dari hidung, karena aromanya aja udah bikin mual. Semakin besar kehamilan, tak pernah rewel, tak pernah ngidam aneh-aneh, hanya ingin selalu dekat ayahnya. Pantaslah kalo anak perempuan sangat dekat dengan ayahnya, karena saat hamil bikin bundanya gak mau pisah sama ayahnya😅😅

Masuk kehamilan 7 bulan, saya dan 2 jagoan saya memilih memeriksakan kandungan tanpa suami, yang saat itu sedang sibuk kerja. Rencananya sih memang ingin cek jenis kelamin, dan berharap bisa bikin surprise ke ayahnya. Dan MashaAllah masih ingat sekali waktu itu, saat si sulung tanya sendiri ke dokter adiknya cewek atau cowok, jawaban dokter saat itu dengan sangat yakin bilang kalo 98% cewek, saya bisa melihat raut bahagia di wajahnya, dan serentak 2 jagoan saya mengucap Alhamdulillah, bahagianya mereka yang sangat ingin punya adik perempuan. Sepulang dari RS, tak henti-hentinya mereka mengucap syukur, dan sudah tak sabar kalau ingin beliin adeknya jepit rambut, baju anak cewek yang lucu-lucu. Senang sekali saya waktu itu. Sambil membayangkan mereka akan jadi kakak terbaik buat adiknya, dan adiknya akan jadi anak perempuan paling bahagia karena kakak-kakak yang sangat perhatian dan sayang sama dia. Sampai di rumah pun semua di beri tahu kalau mereka akan punya adik cewek, ya ayahnya, nenek-kakeknya, tante, dan budhe-budhe nya.. 

Keluhan kaki bengkak yang saya alami pun tak jadi kekhawatiran karena melihat hasil USG yang menyatakan saya hamil anak perempuan, berat janin normal, dia tumbuh sehat dan juga normal semuanya. 

Hamil 8 bulan di saat Hari Raya Idul Fitri tak menyurutkan niat kami untuk silaturahmi ke sanak keluarga, karena merasa semua baik-baik saja, kami pun pergi berkunjung ke rumah saudara di luar kota. Sesampainya di rumah, kami juga sempat jalan-jalan ke tempat wisata bersama keluarga. 



Di sinilah, sehari setelah berwisata, malam hari saya merasakan gerakan janin yang tak biasanya, dia yang biasanya sangat aktif, di elus perut aja bisa langsung membalas dengan gerakannya, Tiba-tiba diam, gerakannya sangat lemah, terasa, tapi sangat lemah. Belum mau berpikir negatif, saya rasa dia mungkin lelah karena saya ajak kemana-mana. Saya pun membaringkan tubuh, miring ke kanan, miring ke kiri, senyamannya tubuh ini. Namun hati kecil seperti merasakan sesuatu, yang selalu saya tepis, saya ber khusnudzon semua pasti baik-baik saja. 



Semalaman mata tak bisa terpejam sempurna, bolak balik bangun, ke belakang, perut berasa mulas, serasa ingin buang air tapi tak bisa. 

Paginya, segera saya ajak suami untuk memeriksakan diri. Sampai di RS, dokter sedang melakukan operasi, akhirnya saya minta untuk di periksa bidan, saya hanya ingin mendengar detak jantungnya. Begitu di ruang periksa, bidan memutar alat perekam detak jantung janin, semua area perut saya di raba namun tak juga di temukan detak jantung nya, sampai ia memanggil rekannya yang lain dan hasilnya sama, tak di temukan. Hati langsung remuk, pikiran kacau, semua memory saat hamil seakan berputar di kepala, senyuman 2 jagoan yang selalu menemani saya periksa, ucapan sebelum tidur di perut saya untuk adiknya, elusan mereka setiap saat, untaian doa yang mereka panjatkan agar adiknya bisa lahir dengan sehat dan cantik. Ya Allah rekaman itu seakan membuat saya hampir kehilangan kesadaran, hingga suami meminta untuk di lakukan USG, berharap masih ada keajaiban. 

Sambil berpegangan tangan erat, saya di bawa ke ruangan USG, doa dan air mata mengiringi perjalanan kami, tak henti-hentinya saya berdoa semoga ini semua mimpi, adik masih bisa berdetak kembali, semoga keajaiban itu masih ada. 

Ternyata ini bukan mimpi. Setelah di USG, dokter menyatakan My Princess memang sudah tak bernyawa, ya Allah, langsung merasa menyalahkan diri sendiri, apa salahku, kenapa bisa begini, apa kami tak layak mendapatkan kebahagiaan mempunyai anak perempuan ya Allah, berbagai macam pertanyaan seolah ingin ku tanyakan kepada pemilik raga ini, namun semua adalah takdir. 

Setelah mendapat jawaban dari dokter, selanjutnya saya harus berjuang, melahirkannya melalui proses induksi, rasa sakitnya induksi yang 1000x lebih sakit dengan lahiran normal 2 kakaknya dulu, serasa tak ada apa-apa nya begitu bayi kecil ini lahir tanpa tangisan. Ya, bayinya tak menangis, yang ada hanyalah tangisan saya dan suami mengisi ruangan bersalin ini. 

Bayi yang masih hangat, dengan badan gembul nya, yang hanya bisa saya tatap dari jauh, belum sempat saya memeluknya, menciumnya, menggendongnya, ternyata Allah jauh lebih menyanyangi nya. 

Kehilangan buah hati memang bisa membuat jiwa seorang Ibu hilang, jika tak ada yang menguatkan, tak heran jika bisa membuatnya gila. Jika tak ada Suami, dua jagoan saya serta keluarga besar, bisa jadi kehilangan ini membuat saya gila. Satu kata yang sanggup membuat saya tersenyum, genggaman tangan dua jagoan saya waktu itu yang bilang, "Bunda gak boleh sedih, adek sudah di surga nungguin kita" Masha Allah, begitu nyess rasanya di hati. Anak adalah hak prerogatif Allah, jika Allah berkehendak mau di kasih anak tiap tahun, pasti bisa, namun jika Allah tak berkehendak, tinggal menunggu HPL nya aja, Allah bisa mengambilnya kembali, meminta lebih tepatnya, meminta sebelum di berikan kepada saya. Dokter hanya bisa mengatakan kalau bayi terlilit dari pusat cukup kuat, sehingga membuatnya kesulitan bernafas. Entahlah, yang pasti ini sudah takdir. 

Pemakaman di lakukan saat saya masih pemulihan di RS. Saat suami minta nama, saya minta berikan nama yang sudah kita siapkan jauh hari sebelumnya, nama yang sudah dapat persetujuan dari dua kakaknya, nama yang cantik, Zifayra Ayesha Shaquine Renzaputri yang memiliki makna "Putri Reny dan Zaenal yang cantik seperti batu permata, dan berakhlak mulia layaknya Aisyah, putri Rasulullah"

8 bulan yang menakjubkan, 8 bulan yang sangat menyenangkan. Sampai sekarang masih terasa tendangan-tendangan kecilnya saat di ajak ngobrol oleh ayah dan kakak-kakak nya. Masih teringat bahagianya kami saat menata baju-baju pink yang kami siapkan khusus untuknya. Semua akan selalu terkenang di hati kami. Selamanya. 

Selamat tinggal my Princess, sampai berjumpa kembali di surgaNya kelak. Tunggu bunda dan kami semua ya sayang... 🥰🥰🥰

Melalui kisah ini membuat kami, saya dan suami makin saling menguatkan satu sama lain. Makin erat kami berpegangan tangan, karena semua pastinya akan kembali kepadanya, tinggal kita menyiapkan bekal agar bisa bertemu dengan bidadari surga kami yang sudah menunggu di sana. Dan kehilangan ini membuat kami lebih menghargai apa yang kami punya, ya dua jagoan yang selalu menghibur kami, yang membuat kami rela melakukan apa saja demi kebahagiaan mereka. 


Malang, 14 Juni 2019

Teruntuk mendiang Zifayra putri cantikku... 

Menyelidiki Efek Positif Kafein pada Kesehatan Seksual Pria

Kafein, senyawa yang umumnya ditemukan dalam kopi, teh, dan beberapa minuman ringan, telah menjadi bahan pembicaraan dalam kaita...